Laman

Rabu, 04 Mei 2011

Gadis Kecil

Senin, 20 Desember 2010. Sinar surya mulai menampakkan setengah wajahnya di ufuk timur  dengan semangat menyinari bumi , jalanan Medan mulai menunjukkan bentuk aslinya. jalan-jalan dipadati kendaraan yang silih berganti. Semua orang mengerjakan aktivitasnya kesehariannya. Para pelajar berbondong menuju sekolah sebelum lonceng tanda berbaris mendengking keras hingga membuat wajah guru menjadi garang ketikan menyuruh muridnya yang bandel untuk berbaris.
“ayo kita berangkat mimi”, ajak putri seakan tak sabar lagi menjalani harinya. Seperti anak-anak lain, putri juga punya aktivitas keseharian yang ia mulai di pagi hari. Tapi jauh berbeda dengan anak lain yang pagi harinya melakukan aktivitas di sekolah , aktivitas keseharian putri yakni mengamen di jalanan. Mereka pun mulai berjalan menuju traffic light, tempat biasa dia mengibur para mengendara dengan membawa tamburin kecil yang terbuat dari tutup minuman botol yang lekatkan pada kayu. Debu-debu jalan menjadi teman sejalan yang selalu menemaninya.
Seribu harapan dari tuan dan nyonya, seribu impian dari sekeping  dua yang diberikan. Putri memulai aksinya ketika ia melihat sedan merah berhenti tepat di hadapannya. Ia mulai bernyanyi tanpa memperdulikan suaranya yang pas-pasan. Kaca sedanpun terbuka lebar, terlihat lambaian tangan mengarah padanya pertanda permohonan maaf dan tidak dapat memberikan uang kepada putri. Tapi putri tak masih berharap, ia tetap bernyanyi. Nyanyian yang di dendangkan seakan jeritan hati yang ingin di katakannya. Dan akhirnya sebuah tangan datang dengan sekeping uang seribu. Ia menutup aksinya seiring lampu hijau yang sudah menyala.
Putri tidak mempunyai orang tua lagi, peristiwa kebakaran yang menghanguskan rumahnya menjadi kenangan terpahit dalam hidup. Orang tuanya pun meninggal akibat lalapan si jago merah. Orang tua meninggal ketika di bawa menuju rumah sakit.  Mulai saat itu, putri sebatang kara tak ada sanak family dan hidup di jalanan. Dia bertemu dengan mimi di jalanan seorang anak yang di usir dari keluarganya karena di anggap anak haram. Putri dan mimi akhirnya mengamen di jalanan. Tidur di jembatan penyeberangan. Dingin malam bukan jadi halangan untuknya.
Tapi walaupun seperti itu, putri masih tetap semangat menjalani hidupnya. ia punya cita-cita, ia ingin menjadi dokter. Terinspirasi ketika dia melihat orang tuanya yang meninggal sewaktu di bawa kerumah sakit. Seandainya dia dokter, orang tuanya tak perlu di bawa ke rumah sakit. Ia sendiri yang akan mengobatinya. Si gadis kecil tetap bernyanyi sampai waktu menghentikannya tuk bernyanyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar