Laman

Senin, 23 Mei 2011

Sabtu, 21 Mei 2011

Sebuah Tanya

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa

pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.

Apakah kau masih berbicara selembut dahulu

memintaku minum susu dan tidur yang lelap?

sambil membenarkan letak leher kemejaku.

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, kenbah Mandalawangi.

kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram

meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu

ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,

lebih dekat.

(lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi

kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya

kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara

ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

apakah kau masih akan berkata

kudengar derap jantungmu

kita begitu berbeda dalam semua

kecuali dalam cinta

(haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram

wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara

dalam bahasa yang tidak kita mengerti

seperti kabut pagi itu)

manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan

dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.

Soe Hok Gie
Selasa, 1 April 1969

Rabu, 04 Mei 2011

Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan.

Topografi

Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

Kemiringan Luas (km²) Persentase (%) Keterangan
Datar, kemiringan 0-2 % 3.12 29.10 daratan 2.17 km² dan kepulauan 0.95 km²
Bergelombang lereng 2-15 % 0.91 8.49 daratan 0.73 km² dan kepulauan 0.18 km²
Curam, lereng 15-40 % 0.31 28.9 daratan 0.10 km² dan kepulauan 0.21 km²
Terjal, lereng lebih dari 40 % 6.31 59.51 daratan 5.90 km² dan kepulauan 0.53 km²
Total 10.77 100
Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.
Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah pulau Poncan Gadang, pulau Poncan Ketek, pulau Sarudik dan pulau Panjang.
Dengan batas-batas wilayah: timur, selatan, utara pada kabupaten Tapanuli Tengah, dan barat dengan Samudera Hindia. Sementara sungai-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

Pemerintahan

Kota Sibolga terdiri dari empat kecamatan :
  • Sibolga Utara (terdiri atas empat kelurahan)
  • Sibolga Kota (terdiri atas empat kelurahan)
  • Sibolga Selatan (terdiri atas empat kelurahan)
  • Sibolga Sambas (terdiri atas empat kelurahan)


Perekonomian

Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.

Gadis Kecil

Senin, 20 Desember 2010. Sinar surya mulai menampakkan setengah wajahnya di ufuk timur  dengan semangat menyinari bumi , jalanan Medan mulai menunjukkan bentuk aslinya. jalan-jalan dipadati kendaraan yang silih berganti. Semua orang mengerjakan aktivitasnya kesehariannya. Para pelajar berbondong menuju sekolah sebelum lonceng tanda berbaris mendengking keras hingga membuat wajah guru menjadi garang ketikan menyuruh muridnya yang bandel untuk berbaris.
“ayo kita berangkat mimi”, ajak putri seakan tak sabar lagi menjalani harinya. Seperti anak-anak lain, putri juga punya aktivitas keseharian yang ia mulai di pagi hari. Tapi jauh berbeda dengan anak lain yang pagi harinya melakukan aktivitas di sekolah , aktivitas keseharian putri yakni mengamen di jalanan. Mereka pun mulai berjalan menuju traffic light, tempat biasa dia mengibur para mengendara dengan membawa tamburin kecil yang terbuat dari tutup minuman botol yang lekatkan pada kayu. Debu-debu jalan menjadi teman sejalan yang selalu menemaninya.
Seribu harapan dari tuan dan nyonya, seribu impian dari sekeping  dua yang diberikan. Putri memulai aksinya ketika ia melihat sedan merah berhenti tepat di hadapannya. Ia mulai bernyanyi tanpa memperdulikan suaranya yang pas-pasan. Kaca sedanpun terbuka lebar, terlihat lambaian tangan mengarah padanya pertanda permohonan maaf dan tidak dapat memberikan uang kepada putri. Tapi putri tak masih berharap, ia tetap bernyanyi. Nyanyian yang di dendangkan seakan jeritan hati yang ingin di katakannya. Dan akhirnya sebuah tangan datang dengan sekeping uang seribu. Ia menutup aksinya seiring lampu hijau yang sudah menyala.
Putri tidak mempunyai orang tua lagi, peristiwa kebakaran yang menghanguskan rumahnya menjadi kenangan terpahit dalam hidup. Orang tuanya pun meninggal akibat lalapan si jago merah. Orang tua meninggal ketika di bawa menuju rumah sakit.  Mulai saat itu, putri sebatang kara tak ada sanak family dan hidup di jalanan. Dia bertemu dengan mimi di jalanan seorang anak yang di usir dari keluarganya karena di anggap anak haram. Putri dan mimi akhirnya mengamen di jalanan. Tidur di jembatan penyeberangan. Dingin malam bukan jadi halangan untuknya.
Tapi walaupun seperti itu, putri masih tetap semangat menjalani hidupnya. ia punya cita-cita, ia ingin menjadi dokter. Terinspirasi ketika dia melihat orang tuanya yang meninggal sewaktu di bawa kerumah sakit. Seandainya dia dokter, orang tuanya tak perlu di bawa ke rumah sakit. Ia sendiri yang akan mengobatinya. Si gadis kecil tetap bernyanyi sampai waktu menghentikannya tuk bernyanyi.